PADI
HIBRIDA? KENAPA TIDAK?
Oleh: Nunung Nurhadi
Tidak
bisa dielakkan lagi bahwa padi hibrida sekarang ini kurang mendapat simpati di
hati petani. Ini bukan tanpa sebab, berkali-kali petani menanam varietas padi
hibrida dengan segudang harapan, tetapi hasil panen yang diharapkan tidak
memuaskan. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari pemerintah yang
seharusnya merupakan langkah strategis sosialisasi varietas padi hibrida, juga turut menurunkan rating padi hibrida. Mulai benih yang tidak
tumbuh, pertumbuhan tidak seragam, kerentanan terhadap hama dan penyakit,
sampai bulir padi yang tidak terisi penuh saat waktunya dipanen, yang semuanya berakibat menurunkan
pendapatan petani.
Dalam
rangka meningkatkan mutu genetis padi hibrida khususnya dalam ketahanan
terhadap hama dan penyakit serta daya adaptasi di multi lokasi, Badan Litbang Pertanian
melalui Balai Besar Padi sampai saat ini terus mengupayakan penelitihan dan
memunculkan varietas padi hibrida baru yang lebih unggul. Terakhir didapatkan
varietas hibrida khusus untuk propinsi jawa timur yaitu Varietas Jatim 1, Jatim
2, dan Jatim 3 yang mempunyai tekstur nasi pulen dan rasa gurih. Varietas
ini mulai di sebarluaskan tahun 2012.
Pengalaman
yang menggembirakan dalam penanaman padi hibrida telah dicapai oleh anggota Kelompok Tani Rukun
Tani di Desa Ngerong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, yang telah melakukan
panen raya Varietas Padi Hibrida Sembada
168 pada lahan seluas 10 hektar bersama dengan Menteri Pertanian Bapak Ir.
Suswono, MMA. Hasil ubinan panen kali ini 6,45 kg atau setara dengan 10,32 kwintal per hektar
gabah kering atau 89,28 kwintal per hektar gabah giling. Varietas Padi Sembada
168 ini memang memiliki keunggulan dibandingkan varietas lainnya seperti potensi
produksi lebih tinggi, posisi tanaman tegak dan ketahanan terhadap hama
penyakit lebih tangguh.
Menteri Pertanian dan Bupati Pasuruan panen raya
Ada
beberapa hal yang dapat dikatakan merupakan suatu keharusan dalam pengelolaan
padi hibrida, diantaranya :
1. Penggunaan
pupuk organik
Kita
semua paham bahwa banyak fungsi pupuk organik dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah seperti meningkatkan aerasi
tanah, meningkatkan kemampuan menahan air dan nutrisi dari perkolasi maupun
penguapan., meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, sebagai buffer
penyangga antara asam dan basa, sampai pada meningkatkan ketahanan tanaman terhadap OPT melalui penambahan hara mikro
tanaman. Penambahan
pupuk organik juga meningkatkan jumlah makanan bagi musuh alami (MA) sehingga MA menjadi
terpelihara dan lestari. Untuk
menekan input usaha tani, sangat
dianjurkan menggunakan pupuk organik buatan sendiri yang bahan bakunya tersedia
di lingkungan sekitar, mulai dari jerami, kotoran hewan, serasah,
sampah, limbah rumah tangga dan lain lain, yang tentunya
melalui proses fermentasi yang sempurna. Kebutuhan bahan organik untuk lahan yang sudah lama tereksploitasi
memang cukup tinggi, dengan kondisi tanah yang bahan organiknya kurang dari 2%
sementara yang ideal adalah 5% maka paling tidak dosis pupuk organik yang harus
diberikan adalah 14 truk untuk 1 hektar lahan. Namun tidak mungkin itu kita
lakukan sehubungan dengan input usaha tani yang akan membengkak drastis. Dosis
dapat kita angsur dengan memberikan minimal 1 ton/ha/musim.
2. Penanaman umur muda
Apabila kondisi
memungkinkan, bukan daerah endemis keong mas dan bukan daerah banjir,
transplanting umur muda (dibawah
21 hari / 4 daun) sangat direkomendasikan karena beberapa varietas hibrida
sudah melakukan perkembangan anakan pada saat pertumbuhan awal. Penanaman dengan sistem legowo sangat dianjurkan, karena sistem tanam ini memperbanyak jumlah populasi perhektar sehingga mendukung sebagian varietas padi hibrida yang anakannya tidak banyak. Penanaman system ini juga mengurangi kelembaban pada iklim mikro tanaman karena disinyalir varietas padi hibrida rentan terhadap hama dan penyakit. Hasil pengkajian penerapan system legowo di beberapa lokasi, legowo 2 : 1 adalah yang paling baik.
4. Pemupukan yang tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara
Tepat dosis, penentuan dosis pemupukan padi
berdasar target produksi dapat diketahui dengan berbagai macam cara mulai dari
yang paling umum (untuk kawasan perkecamatan) sampai pada yang sangat spesifik
(lima hektar kebawah)
- Menggunakan Permentan no. 40 tahun
2007, dalam permentan ini dapat dilihat dosis rekomendasi umum perkecamatan.
Permentan ini dapat di akses di http://www.litbang.deptan.go.id/regulasi/one/11/
- Menggunakan Perangkat uji Tanah
sawah (PUTS), PUTS (akan dibagikan pada 200 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
tahun 2012 ini) dapat menentukan dosis rekomendasi yang lebih spesifik lokasi
dengan maksimal areal 5 ha.
- Menggunakan internet berbasis
riwayat lahan yang bisa di akses di http://webapps.irri.org/nm/id/.
- Menggunakan Bagan Warna Daun (BWD),
BWD ini adalah metode yang sangat dianjurkan dalam menentukan dosis N, walaupun
sudah tersedia dosis rekomendasi dari metode yang lain. Dengan BWD ini kita melihat tingkat
kandungan klorofil yang aktual untuk menentukan kebutuhan N untuk tanaman.
Tepat waktu, pupuk sebaiknya diberikan sesuai
dengan kebutuhan tiap fase pertumbuhan.
- Fase pertumbuhan awal yaitu umur
0-14 hari secara umum fase ini memerlukan 25%N, 50% K dan 100 % P2O5 dari dosis
rekomendasi,
- Fase pertumbuhan anakan dimulai umur
21 HST dengan 50% N dari dosis rekomendasi
- Fase Primordia, fase ini sangat
bervariasi dari berbagai macam varietas, untuk menentukan kapan dimulainya fase
ini dapat dihitung mundur 60-70 hari dari umur tanaman padi. Pada fase ini diperlukan 25% N dan 50% K
- Khusus untuk
varietas hibrida perlu ditambahkan pupuk N pada saat 5%-10% berbunga dengan
dosis 50 kg Urea agar didapatkan bulir yang terisi penuh.
Tepat cara, tidak akan ada artinya apabila
kita mengaplikasikan kebutuhan pupuk tepat dosis dan tepat waktu apabila
caranya tidak tepat. Yang sering menjadi persoalan dan hilangnya pupuk
dilapangan utamanya untuk pupuk N adalah pemahaman tentang lapisan reduksi dan
lapisan oksidasi. Lapisan oksidasi adalah lapisan dimana apabila N terletak di lapisan
itu, maka akan teroksidasi atau bereaksi dengan oksigen sehingga menjadi gas
dan menguap. Sedangkan lapisan reduksi adalah dimana N tidak dapat teroksidasi.
Lapisan oksidasi secara umum adalah 2-3 cm dibawah permukaan tanah. Oleh karena
itu sebisa mungkin kita memupuk dengan meletakkan pupuk N pada lapisan reduksi.
Penggunaan N tablet sangat direkomendasikan, namun cara untuk menyiasati
penggunaan N dalam bentuk pril adalah dengan menginjak injak atau dengan
genangan 3-4 cm saat aplikasi. Ada beberapa catatan untuk mengurangi kehilangan
pupuk N di lapangan, jangan memupuk dalam keadaan matahari terik, berangin dan
kondisi lahan yang kering.
5. Pengendalian OPT.
Pengamatan sangat penting dalam rangka pengecekan kondisi
tanaman. Pengamatan ini dapat dikolaborasikan antara Pengendali Organisme
Penggangu Tanaman (POPT) selaku kepanjangan tangan dari pemerintah dengan para
alumni Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan alumni Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) serta penyuluh pertanian untuk menentukan tindakan/eksekusi
yang harus dilakukan. Khusus untuk wereng yang mempunyai pertumbuhan sangat
cepat dan potensi penyebaran hingga radius 200 km, pengamatan perlu dilakukan
dengan lebih serius dan terintegrasi lagi. Menurut Profesor Dr. Baehaki,
peneliti dari Balai Besar Padi, Sukamandi, untuk mengawasi dan memantau penyebaran
wereng dan penggerek batang, perlu dilakukan pengamatan dengan mengunakan light trap yang dipasang disetiap area dan segera dilakukan tindakan eksekusi yang tepat.
Pengembangan padi
hibrida adalah salah satu jalan dalam kedaulatan pangan nasional, peningkatan
tingkat konsumsi beras dan konversi lahan produktif untuk perumahan dan
industri, belum sebanding dengan perluasan lahan dengan pencetakan sawah baru.
Oleh karena itu kita harus optimis terhadap program intensifikasi yang salah
satu komponennya adalah penggunaan varietas
hibrida. Sebagai catatan penting, perlu dijaga semaksimal mungkin agar jangan
sampai petani yang dirugikan. Uji multi lokasi mutlak dilakukan oleh produsen
benih hibrida sebelum dilakukan pemasaran. Penyampaian informasi tentang
ketahanan hama dan penyakit perlu di informasikan dengan benar dan tepat agar
pengguna benih lebih waspada dan tidak teledor terhadap OPT tertentu. Pendampingan pihak
terkait perlu terus dilakukan
secara intensif baik dari produsen benih maupun penyuluh pertanian. Perbaikan
genetik perlu juga terus menerus ditingkatkan. Semoga Tuhan memberikan jalan
kebaikan bagi kedaulatan pangan negara kita.